Kuliah Tamu Ilmu Ekonomi UNPAR: Membangun Desa Mandiri dan Berdaya Saing

Bandung, 5 Maret 2025 – Ilmu Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) menggelar kuliah tamu bertajuk “Pembangunan Masyarakat: Strategi dan Implementasi di Jawa Barat”. Acara ini menghadirkan R. Firman Nurtafiyana, SPt., ME., Kepala Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat Provinsi Jawa Barat, sebagai narasumber utama. Dalam paparannya, Firman mengulas berbagai aspek pembangunan desa, mulai dari tren perkembangan desa di Jawa Barat hingga strategi pemberdayaan ekonomi desa. Ada lima poin utama yang dibahas:

Perkembangan Desa di Jawa Barat: Selama satu dekade terakhir, desa-desa di Jawa Barat mengalami perkembangan pesat. Firman menyampaikan bahwa terjadi peningkatan jumlah desa metropolitan, seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur di wilayah pedesaan. Jawa Barat juga berhasil menempati peringkat keempat dalam kategori Indeks Desa Membangun (IDM) tingkat nasional, menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam mendorong pembangunan desa yang berkelanjutan.

Pokok-Pokok Pembangunan Desa: Firman menekankan bahwa pembangunan desa harus berfokus pada tiga pilar utama: pemberdayaan ekonomi, pembangunan infrastruktur, dan penguatan kelembagaan desa. “Tujuan utamanya adalah memperkuat kemandirian desa serta mengatasi kemiskinan yang masih menjadi tantangan di beberapa wilayah,” ujarnya. Dengan membangun infrastruktur yang memadai serta memberdayakan masyarakat desa melalui pelatihan dan akses modal usaha, diharapkan desa-desa di Jawa Barat dapat lebih mandiri dan sejahtera.

Gerakan Membangun Desa (GERBANG DESA): Salah satu inisiatif unggulan yang dikembangkan adalah Gerakan Membangun Desa (GERBANG DESA). Program ini mencakup 15 inisiatif utama, namun Firman menyoroti beberapa program unggulan seperti digitalisasi desa, penguatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), peningkatan infrastruktur, serta regenerasi petani guna memastikan keberlanjutan ekonomi desa. “Digitalisasi desa menjadi krusial dalam mempercepat akses informasi dan transaksi ekonomi berbasis digital,” tambahnya.

Strategi Pengembangan Ekonomi Desa: Ekonomi desa didorong melalui penguatan BUMDes sebagai pusat distribusi dan penggerak ekonomi berbasis lokal. Berbagai program telah diluncurkan, termasuk Sakola Bisnis Desa dan CEO BUMDes yang bertujuan meningkatkan kapasitas wirausaha desa. “Kami ingin memastikan bahwa desa tidak hanya menjadi objek pembangunan, tetapi juga menjadi pelaku aktif dalam pertumbuhan ekonomi yang inklusif,” jelas Firman.

Best Practice Desa Berdaya: Sebagai contoh nyata keberhasilan pembangunan desa, Firman memaparkan beberapa best practice dari desa-desa di Jawa Barat. Desa Wangisagara sukses mengembangkan Pasar Desa sebagai pusat perdagangan lokal, sementara Desa Kaduela menarik wisatawan melalui pengelolaan destinasi wisata Telaga Biru. Selain itu, Desa Cibiru Wetan menjadi pelopor dalam digitalisasi ekonomi desa, yang memungkinkan pelaku usaha kecil menjangkau pasar yang lebih luas.

Dalam sesi tanya jawab, seorang mahasiswa bernama Bintang menanyakan, “Program BUMDes kurang menggigit, solusi apa yang cocok dan realistis agar program ini bisa berjalan dengan lebih baik?”

Menanggapi pertanyaan tersebut, Firman menjelaskan bahwa pihaknya telah mengundang inkubator bisnis agar masyarakat desa bisa langsung praktik daripada hanya belajar teori. Selain itu, kerja sama dengan pihak eksternal juga terus diperkuat untuk memberikan dukungan dan akses pasar yang lebih luas bagi BUMDes.

Kuliah tamu ini memberikan wawasan mendalam bagi mahasiswa Ilmu Ekonomi UNPAR mengenai pentingnya pendekatan partisipatif, inovatif, dan berbasis potensi lokal dalam pembangunan desa. Dengan strategi yang tepat, desa-desa di Jawa Barat diharapkan dapat menjadi lebih sejahtera, mandiri, dan berdaya saing di tingkat nasional maupun global.