Kuliah Tamu Ilmu Ekonomi UNPAR: Pentingnya Pemberdayaan Petani di Era Perubahan Iklim Global

Bandung, 7 Mei 2025 – Ilmu Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) menggelar kuliah tamu bertajuk “Mengapa Perlu Memberdayakan Petani?” di Gedung 9 UNPAR. Acara yang berlangsung pada Rabu siang ini menghadirkan Prof. Yunita T. Winarto, Ph.D., antropolog Universitas Indonesia dan anggota Komisi Kebudayaan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia. Kuliah ini menjadi momen refleksi kritis atas arah pembangunan pertanian di Indonesia sekaligus ruang dialog mengenai tantangan petani di era perubahan iklim.

Pada paparannya, Prof. Yunita menyoroti bagaimana Revolusi Hijau di era 1970-an telah mengubah posisi petani dari subjek menjadi objek pembangunan. “Dulu petani merdeka menentukan benih, pola tanam, dan strategi budidayanya sendiri. Kini semua serba diatur, mulai dari benih hingga cara bercocok tanam. Ini bukan hanya hilangnya otonomi, tetapi bentuk ketidakberdayaan yang terstruktur,” ungkapnya.

Prof. Yunita menyoroti kegagalan pendekatan pertanian konvensional yang ditandai krisis ekosistem dan gagal panen, seperti serangan wereng batang cokelat pada 1985 setelah Indonesia menerima penghargaan dari Food and Agriculture Organization (FAO) atau Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia, serta wabah virus kerdil rumput di Kroya, Indramayu. Rentetan kejadian ini mencerminkan lemahnya ketahanan petani menghadapi risiko. Sebagai solusi, ia menekankan pentingnya edukasi partisipatif melalui program Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) dan Warung Ilmiah Lapangan (WIL), yang mendorong petani menjadi peneliti bagi lahannya sendiri serta mengasah kemampuan analisis dan antisipasi terhadap perubahan iklim. “Tujuan akhirnya adalah agar petani mampu menjadi pengambil keputusan mandiri, bukan sekadar pelaksana kebijakan pemerintah,” tegasnya.

Sesi diskusi berlangsung hangat, salah satunya ditandai pertanyaan dari Farrel, mahasiswa semester dua, yang mengaku selama ini memandang pertanian hanya dari sisi produktivitas ekonomi. “Kuliah ini membuka mata saya bahwa keadilan dan kedaulatan petani juga penting,” ujarnya. Ia pun bertanya bagaimana mahasiswa ekonomi bisa berkontribusi tanpa harus menjadi ahli pertanian, yang dijawab Prof. Yunita dengan menekankan pentingnya kolaborasi lintas disiplin, mahasiswa dapat membantu merancang kebijakan, mengelola keuangan kelompok tani, hingga mendampingi koperasi, selama mendekati petani sebagai mitra belajar, bukan objek penelitian.

Dalam penutupnya, Prof. Yunita mengingatkan bahwa upaya pemberdayaan petani tidak cukup berhenti pada transfer teknologi semata, tetapi memerlukan perubahan paradigma, kesadaran kritis, serta komitmen jangka panjang dari para pendamping, akademisi, dan pemerintah. Pendekatan ini diharapkan mampu membangkitkan kembali kemandirian petani dalam menghadapi tantangan pertanian yang semakin kompleks akibat perubahan iklim.

Kuliah tamu ini memberikan wawasan penting bagi mahasiswa Ilmu Ekonomi UNPAR mengenai peran strategis akademisi dalam menciptakan dampak sosial positif melalui kolaborasi transdisiplin dan edukasi berkelanjutan. Dengan strategi yang tepat, petani Indonesia diharapkan dapat kembali berdaya dan tangguh menghadapi perubahan zaman.