Kesiapan Indonesia Melakukan Transisi Energi

Sumber energi, pembangunan ekonomi, dan pengembangan teknologi merupakan trilogi yang tidak bisa dipisahkan. Penggunaan teknologi canggih untuk menghasilkan energi dapat memutar roda perekonomian. Tetapi jika energi yang digunakan adalah energi tidak terbarukan, maka dapat menimbulkan eksternalitas negatif dan berdampak buruk bagi lingkungan. Pada abad 21 sekarang ini, munculnya berbagai sumber energi baru seperti nuklir, gas alam, serta hidrogen mulai menggantikan energi yang tidak terbarukan. Tetapi penerapan energi terbarukan masih menghadapi tantangan yang sangat banyak seperti pendanaan, tata kelola, regulasi, kesadaran masyarakat, dan lainnya.

 Indonesia relatif kaya akan sumber energi tidak terbarukan dan masih menggunakan bahan tersebut, namun sekarang saatnya untuk mulai ikut melestarikan dunia yang mengalami degradasi. Karena kesadaran tersebut, Pusat Studi Ilmu Ekonomi UNPAR bekerjasama dengan Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi UNPAR menyelenggarakan seminar dengan judul “Kesiapan Indonesia Melakukan Transisi Energi” secara hybrid yang diselenggarakan di Gedung Selatan PPAG2 dan melalui platform Zoom. Pembicara pada seminar ini yaitu dari BRIN (Dr. Maxensius Tri Sambodo, S.E., MIDEC), Bank Indonesia (Heru Rahadyan, M.Sc., Ph.D.), dan Ivan Irawan, S.H., LL.M, CLA (Senior Advisor to CEO PT. Transportasi Gas Indonesia).

Transisi energi di Indonesia adalah sebuah keharusan karena penggunaan energi tidak terbarukan memunculkan eksternalitas negatif dan Indonesia terikat dengan berbagai perjanjian. Pada satu sisi, Indonesia juga memiliki banyak potensi energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan. Tetapi terdapat beberapa tantangan seperti finansial, kapabilitas, dan tata kelola dalam melakukan transisi energi. Untuk mengatasi tantangan tersebut dibutuhkan visi yang sama, peran nyata dari berbagai pihak untuk bekerjasama mewujudkan Indonesia yang lebih hijau.