FGD Terbatas Seminar Nasional “Menyongsong Indonesia 2045 Melalui Manajemen Risiko” Sukses Digelar: Soroti Pentingnya Kolaborasi dan Inovasi Kurikulum

Sumber: Tim Dokumentasi

Bandung, 8 Juni 2024 – Program Studi Ekonomi Pembangunan, Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) kembali menggelar acara Seminar Nasional bertajuk “Menyongsong Indonesia 2045 Melalui Manajemen Risiko”. Seminar ini menjadi ajang diskusi yang penting dalam rangka menghadapi tantangan masa depan Indonesia, terutama melalui penerapan manajemen risiko yang efektif di berbagai sektor. 

Dalam rangkaian acara seminar, Focus Group Discussion (FGD) Terbatas yang dipandu oleh Bapak Yusuf Munawar sebagai dosen IE yang menyatukan para ahli dan praktisi untuk membahas berbagai isu krusial. Diskusi ini dihadiri oleh akademisi dari IE terkemuka seperti Ibu Miryam B. L. S. K. Wijaya dan  Bapak Dominicus S. Priyarsono dari, serta praktisi seperti Bapak Lahvem Alginda dari BP Jamsostek dan Bapak M. Ibrahim Rachman dari IRMAPA. 

Dalam FGD terbatas tersebut, terbentuk beberapa poin penting, yakni:

Menyoroti Kurikulum dan Manajemen Risiko

Bapak Yusuf Munawar sebagai moderator menekankan pentingnya kerja sama antara pemerintah dan masyarakat dalam implementasi manajemen risiko. Beliau juga menyoroti perlunya transformasi dalam kurikulum pendidikan tinggi agar lebih selaras dengan kebutuhan dunia kerja yang dinamis. “Mahasiswa harus dibekali dengan kemampuan menganalisis berbagai kasus manajemen risiko, bukan sekadar mengolah data,” ungkap Bapak Yusuf.

Sumber: Tim Dokumentasi

Ibu Miryam B. L. S. K. Wijaya menambahkan bahwa transformasi tata kelola yang diusung dalam RPJPN harus melibatkan seluruh pelaku ekonomi. “Pemahaman risiko harus diterapkan dalam kurikulum, dan kolaborasi dengan praktisi menjadi kunci untuk mengatasi kesenjangan antara teori dan praktik,” ujarnya.

Kolaborasi Akademisi dan Praktisi

Bapak Dominicus S. Priyarsono menggarisbawahi bahwa Tri Dharma Perguruan Tinggi—penelitian, pendidikan, dan pengabdian kepada masyarakat—dapat menjadi jalur efektif untuk menyalurkan ide-ide mengenai manajemen risiko. “Kita perlu memastikan bahwa kurikulum sudah memadai untuk menawarkan topik penelitian dan mata kuliah yang relevan,” kata Bapak Dominicus.

Sementara itu, Bapak Lahvem Alginda dari BP Jamsostek menyoroti pentingnya jaminan sosial dalam konteks manajemen risiko. Ia menekankan bahwa reformasi yang dilakukan BPJS harus mempertimbangkan aspek keberlanjutan dan dampaknya terhadap pekerja.

Bapak M. Ibrahim Rachman dari IRMAPA memberikan perspektif praktisi bahwa manajemen risiko bukanlah penghambat, melainkan alat yang membantu mencapai tujuan. “Tugas kita adalah membantu mereka mencapai tujuannya, bukan seperti audit,” jelas Ibrahim.

Pentingnya Edukasi dan Kesadaran Publik

Ibu Ivantia Mokoginta sebagai dosen IE UNPAR mengungkapkan bahwa Program Studi Sarjana Ekonomi Pembangunan telah mulai mengintegrasikan isu-isu risiko pada tahap awal pendidikan. “Kami berusaha mengajarkan manajemen risiko kepada mahasiswa dengan teori-teori ekonomi yang ada,” katanya.

Bapak Chandra Utama dari UNPAR juga menambahkan bahwa teori ekonomi sering kali mengasumsikan variabel-variabel tertentu sebagai konstan. “Dalam kenyataannya, variabel yang kita anggap konstan bisa dipengaruhi oleh banyak faktor lain. Oleh karena itu, penting untuk mengajarkan bahwa risiko dan variabel kejutan tidak hanya muncul pada variabel itu sendiri tetapi juga pada koefisiennya,” jelas Pak Chandra. Beliau juga menyoroti bahwa selama ini penelitian itu menggunakan data historis, namun terkait risiko yang merupakan uncertainty akan sulit untuk mengukurnya, tentu hal tersbut akan menjadi tantangan.

Diskusi ini juga diikuti oleh berbagai dosen dan kader dosen yang menyampaikan pandangan mereka mengenai cara meningkatkan kesadaran publik tentang manajemen risiko dan memastikan implementasi yang realistis di berbagai sektor.

Simpulan dan Rekomendasi

Di sesi penutup, Bapak Yusuf Munawar. menyimpulkan bahwa kolaborasi antara akademisi dan praktisi sangat penting untuk mencapai Indonesia 2045. “Pusat studi harus berperan aktif dalam merumuskan kebijakan dan penyusunan regulasi. Kolaborasi yang kuat akan membantu mewujudkan visi Indonesia yang lebih maju dan tangguh di masa depan,” tutup Pak Yusuf.

Penulis: M. Maulana